“Sex Education” Pemahan Dini tentang Bahaya dan Dampak Seks di Luar Pernikahan

Sidoarjo - Pendidikan seks merupakan upaya dini untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Ketidaktahuan anak tentang seks sering kali menjadi alasan pelecehan oleh pihak lain. Anak memandang seks sebagai sesuatu yang tabu atau vulgar sehingga beranggapan apabila bertanya kepada orang terdekat akan mendapatkan penolakan. Sekolah berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan begitu, anak-anak memahami bahwa perubahan seksualitas adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang terutama remaja. Selain itu, remaja juga dapat mengetahui berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindari dan menjawab semua pertanyaan yang ada di benak mereka seiring dengan perubahan yang terjadi pada tubuh mereka.

Kamis, (20/1), di SMA Negeri 3 Sidoarjo telah dilaksanakan seminar sexual education  kepada peserta didik kelas X, XI, dan XII. Pemrakarsa kegiatan ini adalah pihak BK SMA Negeri 3 Sidoarjo sebagai pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya. Pemateri seminar ini adalah Iqbal Bimantoko, S.Psi. selaku trainer dan motivator nasional. Kegiatan ini dilakukan dalam 3 sesi. Sesi pertama dilaksanakan pada pukul 07.00 – 09.00 untuk peserta didik kelas X, kedua pukul 09.00 – 11.00 untuk XI, dan  sesi ketiga pukul 11.00 – 13.00 untuk peserta didik kelas XII. Peserta didik  sangat antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan seminar ini. Ada beberapa hal yang disampaikan oleh Iqbal Bimantoko, S.Psi.:

1. Hubungan seksual pranikah memiliki dampak buruk bagi remaja, yaitu resiko terkena penyakit menular seksual (seperti HIV/AIDS, gonore, sifilis, dan herpes genitalis), kehamilan yang tidak diinginkan oleh remaja putri, dan trauma kejiwaan;
2. Pernikahan usia dini disebabkan banyak fak Faktor internal terdiri atas pendidikan, pengetahuan responden, dan agama. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi keluarga, wilayah/tempat tinggal, kebudayaan, pengambilan keputusan, akses informasi, pergaulan bebas;
3. Hati – hati dengan gaya pergaulan yang tidak sehat sehingga dapat menimbulkan paksaan untuk melakukan sexual intercourse yang dapat merugikan diri sendiri khususnya pada wanita;
4. Penjelasan batasan-batasan dengan lawan jenis dan langkah membela diri jika terjadi pelecehan dengan menyanyikan lagu “Sentuhan Boleh dan Sentuhan Tidak Boleh;”
5. Penanaman perilaku beragama sejak dini dan lingkungan keluarga yang baik dan kondisif merupakan penanagkal paling baik untuk menanggulangi perilaku menyimpang dalam segala hal termasuk penyimpangan seksual.

Dengan mengikuti kegiatan ini,  diharapkan agar peserta didik kelas X, XI, dan XII dapat membangun penerimaan diri sebagai individu yang siap menjadi remaja dan memahami perkembangan fisik maupun mental agar  dapat menghindarkan  diri dari perbuatan seks yang belum pada saatnya serta menangkal pelecehan seksual yang kemungkinan timbul.